Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 05 April 2016

Daftar Rahasia Orang Indonesia yang terlibat PANAMA PAPERS

BERITA TERPANAS!!
Berikut daftar orang Indonesia yang terlibat Panama Papers:
- Tukang Fotocopy
- Rental Komputer
- Penjual kacang rebus
- Penjual gorengan

ini barangbuktinya....


Selasa, 23 Februari 2016

Hidup Sederhana

Beberapa orang bertanya pada saya, bagaimana mengajarkan hidup sederhana pada anak? Caranya sederhana, hiduplah secara sederhana, dan biasakan mereka untuk hidup dalam kesederhanaan. Tapi apa itu sederhana?

Membicarakan hidup sederhana adalah sesuatu yang tidak sederhana, karena pengertian sederhana itu sangat relatif dan variatif. Dalam kamus kata “sederhana” dimaknai sebagai sesuatu yang sedang (wajar), tidak berlebihan. Sederhana sering dilawankan dengan kata mewah. Sedangkan mewah sering dikonotasikan mahal. Maka tidak jarang sederhana sering pula dimaknai sebagai sesuatu yang murah, atau bahkan miskin.

Bagi saya kesederhanaan itu adalah menempatkan segala sesuatu pada nilai intrinsik atau fundamentalnya, bukan nilai jual-belinya, atau nilai psikologisnya. Rumah adalah tempat tinggal. Dalam pandangan sederhana rumah dinilai dari kenyamanan orang yang tinggal di dalamnya dalam pengertian yang menyeluruh, meliputi kebutuhan ruang, kenyamanan lingkungan, serta mendukung aktivitas kehidupan. Desainnya dibuat memenuhi standar kenyamanan serta selera estetika penghuninya. Rumah tidak lagi sederhana bila sudah melibatkan status sosial, trend, kebanggan (pride), dan sebagainya.

Hal yang sama berlaku untuk pakaian. Mengapa kita membeli dan memakai sesuatu? Karena ia mencukupi kebutuhan kita, dan kita merasa nyaman memakainya. Itu alasan intrinsik. Tapi bila kita memakai sesuatu untuk membangun sebuah citra, atau mengikuti trend, itu sudah di luar wilayah intrinsik tadi. Ini berlaku untuk semua hal, seperti kendaraan, makanan/tempat makan, tujuan wisata, dan sebagainya.

Kita sering kali lupa pada nilai-nilai intrinsik, dan terlalu fokus pada nilai jual-beli, bahkan nilai psikologis. Kita makan di restoran bukan karena menyukai rasa makanannya, tapi karena citra restoran itu adalah restoran mahal. Kita ingin meyakinkan diri bahwa kita kaya, dan ingin memamerkannya. Kita pergi berwisata bukan untuk membangun keakraban bersama keluarga, tapi untuk mengumpulkan foto-foto di tempat hebat untuk kita pajang di rumah atau media sosial.

Motif yang menggerakkan kita untuk mendapatkan sesuatu bukan lagi berasal dari kebutuhan dasar, melainkan pada tingkat yang lain, seperti mendapatkan pengakuan. Itu yang membuat kita tak lagi berhitung soal pengeluaran saat menginginkan sesuatu. Tak jarang kemudian kita melampaui batas kemampuan kita sendiri. Pada saat itu kita sudah tidak lagi sederhana.

Jadi, untuk hidup sederhana cukup kita kembalikan pilihan kita pada nilai-nilai intrinsik tadi. Anak-anak tak lain adalah peniru kita. Bila kita terbiasa mengejar hal-hal yang intrinsik, maka mereka akan merasakannya. Sebaliknya, bila kita memandang hebat hal-hal yang tidak intrinsik, maka mereka pun akan bersikap sama.

Mari perkenalkan anak-anak kita dengan benda/materi berbasis pada nilai intrinsik. Beri mereka mainan sambil memperkenalkan kenikmatan bermain, bukan sekedar kenikmatan memiliki. Beri mereka pakaian yang membuat nyaman, bukan untuk menyatakan di kelas sosial mana kita berada. Ajak mereka berwisata agar mereka bisa belajar dan menikmati kebersamaan, bukan agar bisa berbangga. Ajak mereka makan untuk mengenal rasa dan kebersamaan, bukan untuk menjadi pongah.

Satu hal yang perlu dicatat bahwa sederhana tidak selalu murah, dan yang mahal tidak selalu mewah. Makan di hotel berbintang boleh jadi mahal, tapi tetap menjadi hal yang sederhana bila dari kegiatan itu kita bisa mengenal rasa baru, suasana nyaman, dan sebagainya. Tentu saja dengan syarat lain yang lebih penting, yaitu kita memang mampu membayarnya. Sebaliknya, pergi haji bagi orang-orang kampung yang perlu menabung seumur hidup itu pasti sesuatu yang mahal, bukan? Tapi apakah itu sebuah kemewahan? Bukan. Itu sekedar sebuah pemenuhan kebutuhan. (http://abdurakhman.com/)

Cara Menikmati Belajar

Sebagai orang tua saya kadang khawatir soal masa depan anak saya. Akan jadi apa mereka kelak? Orang tua manapun tentu ingin anaknya tumbuh tanpa kekurangan, dan sukses dalam menjalani hidup mereka. Tapi tak jarang kita temui orang tua yang “gagal”. Orang tua sukses menjalani hidup mereka sendiri, tapi gagal mengantarkan anak menjadi orang yang sukses.
Istilah sukses itu sendiri memang punya banyak sisi. Terkadang sulit membuat ukuran-ukuran mengenainya. Kerumitan inilah salah satu pangkal kegagalan orang tua. Mereka mendefinisikan sukses secara sempit, umumnya berpusat pada kesuksesan mereka sendiri. Kemudian memaksakan agar anak-anak mereka mengikuti jalan yang sama. Tak jarang anak yang punya keinginan sendiri ditekan sedemikian rupa. Ada yang “berhasil”, dalam arti mengikuti jejak orang tua, namun mereka sendiri tidak bahagia. Tapi tak sedikit yang akhirnya tidak jadi apa-apa. Tidak jadi seperti orang tua mereka, pun tidak jadi diri mereka sendiri.

Saya (merasa) menyadari hal itu. Saya tidak ingin anak-anak mengikuti jejak saya. Mereka harus tumbuh dan berkembang sesuai minat dan bakat mereka. Posisi saya adalah membantu mereka membangun minat, dan mengembangkan bakat, dan mencari jalan menuju sukses. Jalan itu sendiri harus mereka jalani dengan menikmatinya.

Tapi jujur saja, hal itu sepertinya tak mudah dilakukan. Dunia di luar sana begitu luas, sementara yang sudah pernah kita sentuh masih sangat sempit cakupannya. Bagaimanapun juga ketika anak menapak menuju dunia yang sama sekali tidak kita kenal, kita akan merasa khawatir. Kebanyakan orang tua sepertinya merasa nyaman kalau anak menapaki jalan yang sudah mereka kenal. Sukur-sukur melalui jalan yang sudah pernah mereka lewati sendiri.

Kadang saya khawatir, bagaimana kalau prestasi belajar anak-anak saya pas-pasan? Bagaimana kalau prestasinya tidak menonjol? Lalu tidak dapat tempat di universitas yang bagus. Atau bahkan tidak mau kuliah sama sekali. Bagaimana kalau mereka tidak berminat untuk jadi orang sukses? Bagaimana kalau mereka tidak berminat jadi apa-apa? Saya yakin setiap orang tua, atau kebanyakan orang tua punya kekhawatiran itu.

Lalu bagaimana? Orang tua saya bukanlah orang berpendidikan. Ayah kelas dua Sekolah Rakyat, Emak tak pernah sekolah sama sekali. Mereka juga bukan orang sukses dalam ukuran orang-orang pada umumnya. Mereka “hanya” petani kelapa. Tapi dengan semua “kekurangan” itu mereka sukses mendidik anak-anak. Mereka adalah orang-orang yang menjadi orang tua secara alami. Saya berkeyakinan bahwa saya dengan pendidikan dan pengalaman selama ini, punya modal yang lebih baik. Maka saya yakin seharusnya saya juga bisa lebih baik.

Hal penting yang saya rasakan ketika saya merenungkan kembali jalan yang ditempuh oleh Ayah dan Emak dalam mendidik saya adalah bahwa mereka tidak menetapkan tujuan apapun kepada saya. Tidak ada target, kamu harus jadi ini atau itu. Mereka hanya mengajarkan cara hidup. Bahwa hidup harus diperjuangkan. Hidup harus tahu diri, di posisi mana kita berdiri dan bagaimana kita harus bersikap. Boleh jadi karena mereka memang tidak tahu banyak soal dunia di luar urusan bertani kelapa, sehingga mereka tidak bisa menetapkan target. Tapi apapun alasannya, bagi saya situasi itu adalah berkah. Cara seperti itulah yang sedang dan akan saya terapkan kepada anak-anak saya.

Di luar soal itu, satu hal ingin saya tekankan dalam mendidik anak, yaitu bahwa hidup adalah proses belajar. Hidup adalah belajar, sejak dari dalam ayunan hingga ke liang lahat. Belajar tak mengenal kata tamat atau khatam. Karenanya menjadi penting untuk mencari tahu bagaimana cara menikmati proses belajar itu.

Adalah fakta bahwa belajar sering kali menjadi siksaan bagi anak-anak. Sejak usia dini anak-anak sering dipaksa menelan apa yang tak ingin mereka telan. Berbagai jenis hafalan, mulai dari rumus matematika, struktur, istilah, nama tempat, nama orang, tanggal, dan banyak lagi. Juga kumpulan ayat dan doa. Anak-anak tidak diajarkan untuk tahu dan paham. Mereka dipaksa untuk ingat. Sebuah proses yang dalam pengalaman saya sangat menyiksa.

Saya kira kita semua pernah mengalami bahwa kita akan sangat nyaman belajar sesuatu yang kita suka. Bila kita ingin tahu, lalu kita mencari tahu. Saat kita jadi tahu, sungguh nikmat rasanya. Idealnya begitulah seharusnya jalan yang ditempuk anak-anak kita dalam belajar. Sayangnya tidak selalu demikian kejadiannya. Atau bahkan sangat jarang yang terjadi seperti itu. Kebanyakan adalah seperti yang saya sebut di atas.

Beberapa pelajaran sangat menyiksa bagi anak-anak. Bagi saya dulu IPS, PMP, pelajaran-pelajaran hafalan, sangat menyiksa. Bagi anak yang lain matematika dan IPA sungguh menyiksa. Perhatikanlah bahwa anak-anak kita pun begitu. Lalu bagaimana?

Saya mencoba hadir di sisi anak-anak saya saat mereka kesulitan. Sarah misalnya, sangat kesulitan dalam pelajaran IPS, PKn, dan sejenisnya. Maka saya dampingi dia. Ketika membahas geografi, misalnya, saya ajak dia membuka peta, baik yang ada di buku atlas maupun dari Google. Saya ajak dia berkelana melalui peta dan foto-foto, melihat sendiri tempat-tempat yang diceritakan dalam buku pelajaran. Demikian pula dengan sejarah. Saya kumpulkan bahan-bahan yang kemudian saya ramu, agar sejarah itu bisa dilihat secara lebih utuh, sebagai sebuah cerita. Bukan sekedar kumpulan nama orang, tempat, dan tanggal.

Seluruh pelajaran saya perlakukan seperti itu. Untuk sisi ekonomi misalnya, saya sering ajak anak-anak saya ke pasar, pabrik, dan lain-lain. Saya jadikan pengalaman mereka itu sebagai titik berangkat dalam menjelaskan isi buku pelajaran. Demikian pula dalam pelajaran IPA, saya ajak mereka melakukan berbagai percobaan.

Harapan saya, belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi anak-anak. Mereka tidak tumbuh dengan siksaan pelajaran. Dengan demikian mereka akan menikmati prosesnya, dan nantinya mereka akan mencari dan menemukan sendiri jalan yang hendak mereka pelajari. Dugaan saya, anak-anak yang memilih “berhenti”, tidak ingin jadi apa-apa adalah anak-anak yang tidak tahan lagi dengan siksaan keharusan belajar. Jangan sampai anak-anak kita menjadi seperti itu.

Persoalannya, banyak orang tua yang berhenti pada kata,”Saya tidak bisa.” Alasannya, saya tidak menguasai materi pelajaran anak-anak. “Kamu sih enak, kamu doktor, jadi kamu bisa mengajari,” begitu dalih beberapa teman. Ini dalih saja. Saya doktor di bidang sains, tapi tentu saja saya tidak paham semua. Saya tidak paham ilmu ekonomi. Bahkan dalam topik-topik sains pun saya masih harus banyak belajar, karena bidang sains saja sudah sangat luas. Jadi, kita harus belajar. Belajar sampai paham, sampai kita bisa menerangkan kepada anak-anak dengan cara yang mudah mereka pahami.

Banyak orang lupa bahwa membesarkan anak itu memang harus belajar. Banyak hal yang harus kita pelajarii, seperti bagaimana perkembangan fisik dan psikis mereka, bagaimana berkomunikasi, soal gizi dan kesehatan, dan seterusnya. Kalau orang-orang berpikir mengasuh anak itu sesuatu yang alami dan tidak memerlukan ilmu tertentu, mereka salah besar. Jadi, sebagai orang tua kita harus belajar.

Tapi apakah kita harus menguasai semua? Tidak. Anak-anak saya ikut latihan karate dan renang, belajar ke orang lain. Juga ikut les gitas. Itu wilayah yang saya memang tidak bisa. Poin saya, tidak salah mengirim anak kita les untuk belajar sesuatu. Tapi jangan cuci tangan dari pendidikan anak hanya karena kita sanggup membayar guru les. Formatnya begini,

1. Pada bidang yang kita kuasai, kitalah guru utama. Misalnya, Anda ahli keuangan, maka jadilah guru utama pada pelajaran-pelajaran terkait. Beri kesempatan anak menyerap sebanyak mungkin ilmu Anda.

2.Pada bidang di luar keahlian Anda, belajarlah. Kuasailah, sampai Anda mampu menjelaskannya secara sederhana dan menarik bagi anak-anak.

3.Pada bidang yang Anda sama sekali tidak bisa, mintalah bantuan pada orang lain, misalnya melalui les
.
Selamat mencoba. (www.abdurakhman.com)

Jumat, 19 Februari 2016

Cara berfikir orang kaya, yang berbeda dengan Anda

Sudah banyak buku, artikelm dan bahkan training untuk membahas sebenarnya seperti apa sih cara orang-orang kaya tersebut berpikir dan bertindak? Salah satu penulis buku Steve Siebold mendapati jawaban yang cukup surprise ketika dia melakukan interview ke banyak miliuner di seluruh dunia.

Dan jawaban tersebut, ternyata hanya sedikit yang berhubungan dengan uang, kebanyakan justru berhubungan dengan mental alias cara kita berpikir tentang uang dan kehidupan.

Dalam tulisan kali ini kita akan bahas beberapa trik dan tips bagaimana orang kaya tersebut berpikir yang membedakan dengan orang-orang kebanyakan.

1. Orang kebanyakan melihat uang secara emosional, sementara orang kaya melihat uang menggunakan logika. 

Orang kebanyakan yang mempunyai latar belakang edukasi yang bagus, pekerjaan yang bagus cenderung kemudian menjadi 'takut' alias bermain aman dengan kehidupannya dan lebih berminat untuk pensiun dengan nyaman. Mereka menggunakan emosinya untuk 'mencari aman' atau dikenal dengan istilah 'comfort zone' dengan kondisi keuangan yang mereka miliki saat ini.

Sementara orang kaya melihat uang hanya sebagai alat saja sehingga menggunakan logika mereka. Mereka melihat bahwa uang yang dimiliki bisa memberikan mereka pilihan dan kesempatan untuk mengembangkan uang mereka menjadi lebih banyak lagi.

2. Orang kebanyakan berpikir bahwa cara untuk menjadi kaya adalah dengan pendidikan formal, orang kaya percaya bahwa fokus pada suatu ilmu/pengetahuan. 

Kalau diperhatikan, banyak sekali dari orang-orang kaya di dunia ini yang hanya memiliki sedikit latar belakang pendidikan formal, akan tetapi mereka sangat fokus dan sangat menguasai apa yang mereka kerjakan. Almarhum Om Bob Sadino juga sering sharing pengalaman beliau mengenai hal ini.

Sementara itu kebanyakan orang lebih percaya bahwa gelar Master atau bahkan Doktor akan menjamin masa depan kekayaan mereka.

3. Orang kebanyakan menganggap uang bisa menjadi sumber masalah. Orang kaya melihat kemiskinan sebagai sumber masalah. 

Stigma banyak orang beranggapan bahwa seseorang bisa kaya biasanya karena beruntung atau melakukan hal-hal yang tidak jujur. Itu sebabnya beberapa kalangan justru merasa tabu untuk menjadi kaya atau terlihat kaya.

Sementara itu orang kaya sangat tahu bahwa meskipun uang tidak menjamin suatu kebahagiaan, tapi setidaknya membuat hidup lebih mudah dan nyaman.

4. Orang kebanyakan melihat membahagiakan diri sendiri adalah egois dan tidak baik, orang kaya memandang hal tersebut normal.

Orang kaya di dunia berusaha untuk membahagiakan diri mereka, tanpa harus berpura-pura. Sementara orang kebanyakan memandang hal tersebut secara negatif.

Orang kaya berpikiran bahwa, apabila mereka tidak bisa menjaga diri mereka, bagaimana mereka bisa membantu orang lain kan? Anda tidak bisa memberikan sesuatu kepada orang lain apabila anda belum memiliki.

5. Orang kebanyakan punya mental menunggu, orang kaya punya mental bertindak (action).

Kebanyakan orang hanya memikirkan, berwacana dan paling mentok berencana saja tentang bagaimana caranya supaya bisa punya banyak uang, aset, dan menjadi kaya, sementara orang lain bertindak dan melakukannya.

6. Orang Kebanyakan membanggakan masa lalu, Orang Kaya memikirkan masa depan

Orang menjadi kaya karena mereka berani mengambil risiko, memikirkan, merencanakan dan melakukan untuk mencapai tujuan masa depan mereka.

Sementara orang-orang kebanyakan lebih senang membanggakan masa lalu mereka yang 'berhasil'. Orang jenis ini jarang sekali yang kemudian bisa menjadi kaya raya, malahan banyak yang pada akhirnya tidak bisa menikmati hidup.

7. Orang Kebanyakan mendapatkan uang dari mengerjakan hal-hal yang mereka tidak sukai, Orang Kaya mengikuti minat dan kesukaannya.

Di mana orang kebanyakan, keliatannya orang kaya tuh kerjanya ya cuma kerja kerja dan kerja. Padahal cara cerdas yang dilakukan orang kaya adalah menyukai dan mencintai apa yang mereka kerjakan dan mendapatkan bayaran karena mengerjakannya.

Sementara itu orang kebanyakan malah justru mengerjakan pekerjaan yang mereka tidak suka karena mereka butuh uang untuk bertahan hidup. 

8. Orang kebanyakan mempunyai ekspektasi rendah agar tidak kecewa, Orang Kaya berani menerima tantangan tinggi. 

Banyak ahli di bidang kesehatan mental dan otak yang memberikan nasihat bahwa akan lebih baik bagi kita untuk mempunyai ekspektasi yang rendah agar kita tidak kecewa dengan harapan-harapan kita.

Sementara itu terbukti bahwa orang-orang yang telah berhasil menjadi kaya belum tentu mencapai ke posisi mereka sekarang, apabila mereka tidak punya mimpi dan ekspektasi yang tinggi terhadap apa yang mereka lakukan. 

9. Orang Kebanyakan percaya bahwa anda harus melakukan sesuatu untuk menjadi kaya, Orang Kaya percaya anda harus menjadi sesuatu untuk bisa menjadi kaya. 

Orang kebanyakan sangat percaya bahwa anda harus melakukan sesuai untuk kemudian langsung mendapatkan hasil secara instan. Sementara Orang Kaya sangat percaya bahwa tidak ada yang instan dan anda harus belajar dan berkembang seiring dengan pengalaman anda baik itu pengalaman baik maupun pengalaman buruk. 

Itulah sebabnya seorang seperti Donald Trump bisa menjadi miliuner untuk kemudian bangkrut lalu balik lagi menjadi seorang miliuner bahkan lebih kaya dari sebelumnya.

10. Orang Kebanyakan percaya bahwa untuk bisa menghasilkan anda membutuhkan uang, Orang Kaya justru menggunakan uang orang lain. 

Banyak orang berpikiran bahwa anda harus mengumpulkan uang dulu untuk kemudian uang tersebut bisa menghasilkan uang lagi. Orang kaya terbiasa untuk menggunakan uang orang lain (pinjaman bank, investasi dll) untuk membangun kerajaan bisnis dan investasi mereka. 

Hal ini yang dilakukan oleh banyak Orang Kaya dengan kerajaan bisnis mereka. Mereka menggunakan utang atau uang orang lain untuk membesarkan usaha mereka. Kalaupun mereka juga diwajibkan menempatkan modal sendiri, biasanya modal tersebut hanya sebesar 10%-30% dari pinjaman yang diajukan. 

Sementara uang mereka sendiri bisa diputarkan ditempat lain atau diinvestasikan secara produktif ke tempat lain.

Inilah strategi cerdas yang dilakukan oleh banyak orang kaya. Andapun bisa melakukan tindakan cerdas untuk diri anda dengan menambah ilmu mengelola keuangan dan berinvestasi yang baik dan benar. (detikcom)

Kamis, 11 Februari 2016

Termudah membuat effek memperbesar atau zoom gambar pada posting blog

Menyertakan sebuah gambar dalam postingan Blog memang sangat bermanfaat untuk memperjelas sebuah pembahasan yang kita buat. Misalnya kita sedang membuat posting tentang Tutorial Blogging, kita menjelaskan bagaimana cara membuat sebuah widget.
Di sana kita menjelaskan bahwa untuk membuat sebuah widgetmaka harus memilih Tools Tata Letak. Lalu kita berikan screenshot yang menunjukan di mana Tools Tata Letak itu berada.
Namun mungkin saja sobat Blogger lain kadang-kadang mendapat kendala dari gambar yang disertakan dalam posting Blog ini. Seperti gambar dalam posting terlihat kurang jelas karena disebabkan oleh berbagai hal. Sebenarnya kendala ini tidak terlalu serius karena jika kita memberikan link pada gambar yang mengarah pada URL gambar itu sendiri, maka pengunjung dapat melakukan klik pada gambar dan melihat gambar tersebut dalam ukuran original yang tentunya akan terlihat jelas.

Tapi ada cara lain yang akan saya bagikan yang mungkin saja sobat akan menyukainya. Kita bisa Memberikan Efek Zoom Pada Seluruh Gambar Dalam Posting Blog. Selain dapat mempercantik tampilan Blog, pengunjung juga tidak perlu melakukan klik pada gambar jika ingin melihat gambar dengan jelas karena gambar akan membesar ketika disentuh kursor. Berikut contohnya, silakan sentuhkan kursor pada gambar di bawah ini.

Untuk Memberikan Efek Zoom Pada Seluruh Gambar Dalam Posting Blog seperti itu sendiri caranya sangat mudah sekali. Lakukanlah langkah-langkah berikut.

1. Login ke akun Blogger sobat.
2. Masuk ke bagian Template >> Edit HTML.
3. Carilah kode ]]></b:skin> dengan menggunakan tombol ctrl+F ,dan letakan kode berikut di atas kode]]></b:skin>

.post img:hover { -o-transition: all 0.3s; -moz-transition: all 0.3s; -webkit-transition: all 0.3s; -moz-transform: scale(1.3); -o-transform: scale(1.3); -webkit-transform: scale(1.3); }

Kode di atas bisa sobat ubah-ubah lagi untuk memberikan efek Zoom yang berbeda dari contoh yang terdapat di atas. Silakan berkreasi sendiri.

4. Jika sudah, klik Simpan Template.

Maka semua gambar yang terdapat dalam posting Blog telah memiliki efek Zoom.
Selesai lah pembahasan kali ini. Semoga posting singkat ini dapat bermanfaat banyak bagi sobat Blogger lainya. (http://regibrader-free.blogspot.co.id/)

Sabtu, 14 November 2015

Buat Sendiri Kalender Meja Tahun 2016

Kalender meja tau bentuknya khan?? Yak, kalender meja adalah kalender yang diletakkan di meja. Ada juga yang menyebut kalender duduk. Kalender yang bisa duduk, hehehe...

Kalo cetak di percetakan minimal order 200 kalender,
Kalo kita butuhnya cuma 25-50 kalender saja gimana dunk??
Mari mending kita buat sendiri di coreldraw setelah itu cetak di jasa digital printing.
Kita bebas berkreasi masukkan foto dan tulisan.

Bagi kalian yang malas edit-edit di coreldraw, ini ada file corel yang kamu tinggal ubah nama toko/usaha atau apalah setelah itu jadi deh, tinggal print.
Bisa juga kamu ganti gambar gambarnya pakai foto keluarga atau komunitasmu, atau produk usahamu.

Bagi yang minat, silahkan tulis emailmu. Nanti saya kirimkan file corelnya.
Selamat menjelang Tahun 2016.

Sukses untuk anda...

Kamis, 13 Agustus 2015

Video Anak Indonesia Cerdas

Di usia 10 tahun, anak indonesia ini sangat fasih memainkan gitar..
Sungguh kereen.. maju terus ya...

Mari kita nikmati bersama....

Kamis, 02 Juli 2015

Cerita Inspiratif: Pikiran yang baik belum tentu membuahkan tindakan yang benar

Ikan dan Kera
Tersebutlah pada suatu masa hidup 2 makhluk bersahabat, seekor kera dan seekor ikan. Sang kera hidup di atas sebatang pohon yg tumbuh di pinggir sungai - tempat hidup si ikan. Mereka sering meluangkan waktu untuk ngobrol dan bertukar pikiran bersama-sama. Kadangkala kelakar terjadi pula di antara mereka. Sungguh persahabatan yang indah.
Hingga pada suatu saat… Kera sedang bertengger di atas dahan tertinggi. Dari sana ia melihat sesuatu di kejauhan. Ya! Banjir bandang di hulu sungai. Dan dengan kecepatan yang tinggi banjir bandang siap segera menerjang ke tempat yang lebih rendah… Tempat tinggal kera dan ikan!
Segera sang kera melompat ke bawah, memanggil sang ikan seraya bekata: “Hoi ikan!! Dimana kau?” “Aku di sini kera”, jawab sang ikan. “Cepat kemari… Banjir bandang melanda dari hulu sungai sana. Cepatlah kau ikut aku. Biar kuselamatkan kau. Akan kuamankan kau bersamaku di puncak dahan tertinggi pohon ini”.
“Tapi kera…” Jawab sang ikan…
“Sudahlah!! Tak ada waktu untuk berdebat! Yang penting kau aman.” Tegas kera sambil segera menyambar sang ikan dari dalam air. Setelah itu segera ia beranjak, melompat ke dahan tertinggi sambil memeluk erat sang ikan sahabatnya.
Tak lama, datanglah banjir bandang, mendera semua benda di permukaan rendah di seputar sungai. Satu jam lamanya banjir mendera semua wilayah di sekitar sungai. Sampai akhirnya banjir surut. Selama itu pula kera memeluk erat ikan sahabatnya, demi keselamatan sang ikan.
Setelah reda… Sang kera melompat kembali ke bawah, hendak mengembalikan sang ikan ke sungai tempat tinggalnya. Dibukanya tangannya, dan terlihat sang ikan masih tertidur menutup mata.
“Hai ikan, bangun!” serunya. Tapi ikan diam.. Ikan… Ikan… bangunlah! Banjir bandang sudah berlalu. Ayo melompatlah kau ke sungai, rumahmu”. Tapi ikan tak menyahut.
“IKAN!!!… IKAN!!” Kera berseru keras. Tersadarlah ia… Ikan telah mati. Mati akibat pelukannya. Manalah ada ikan biasa yang suka hidup di luar air? Sekalipun banjir bandang melanda, air tetaplah tempat ternyaman bagi ikan. Dan bukan pelukan hangat sang kera di atas dahan yg jauh dari air.
Itulah yang hendak disampaikan sang ikan. Tapi kera tak perduli. Dengan cara pandangnya sendiri, ia hendak menyelamatkan ikan. Namun bukannya selamat, sang ikan malah mati kekeringan.
Seringkali dalam kehidupan ini kita gegabah menentukan sesuatu yang terbaik bagi orang lain.
Kehidupan orang lain tidaklah sama dengan kehidupan kita. Apa yang menurut kita baik, belum tentu baik untuk orang lain.
Mencoba menolong oranglain jika dilakukan dengan cara yang salah justru bisa menghancurkan orang yang kita tolong. 
Pikiran yang jahat akan membuahkan tindakan yang jahat pula.
Pikiran yang baik belum tentu membuahkan tindakan yang benar pula, sebab bisa saja melakukan tindakan yang keliru. Seperti misalnya dalam kisah Kera yang mau menyelamatkan ikan dari dalam air.
Maka pikiran yang baik harus selalu diasah dengan kebijaksanaan sehingga bisa membuahkan tindakan yang bijaksana dan tepat dalam hidup sehari hari. Kita hidup tidak di dunia yang hitam-putih, namun di grey area, yang membutuhkan kebijaksanaan dan kedewasaan dalam berpikir.

Jumat, 19 Juni 2015

Pojok Renungan #5: " Puasa, Kekerasan, Tanda"

PUASA
Selamat berpuasa dan bermatiraga.
Tidak untuk minta diperhatikan bahwa kita berpuasa; tidak untuk didahulukan karena kita berpuasa dan berpantang; tidak untuk melarang kebebasan orang lain; tidak untuk mengumumkan dengan plakat besar bahwa kita berpuasa.
Ini adalah kesempatan kita untuk melatih diri, mematikan kekerasan hati dan pikiran, supaya kita bisa menjadi pribadi yang rendah hati.
Rendah hati karena peka dan tidak mau untuk dikendalikan oleh nafsu-nafsu liar (yg seringkali kita benarkan karena kita balut dengan ayat-ayat Kitab Suci). Jadi bukan kepenuhan diri yang mau kita capai, namun kesadaran diri untuk tidak mau lagi dikendalikan oleh kelemahan, keterbatasan dan kekurangan yang ada dalam diri kita.
Selamat melatih diri supaya kita layak dan pantas ikut ambil bagian dalam PaskahNYA.
Tuhan memberkati (+)

Persembahan kepada Tuhan (bdk. Matius 5)
Bila dalam hati masih ada dendam kepada orang lain, apakah bisa kita tutupi bila kita sedang berdoa kepada Tuhan? Bila kita masih ingin melakukan kekerasan kepada sesama, layakkah kita meminta kepada Tuhan kasihNYA?
Hal yg paling sering dilakukan oleh manusia adalah menipu diri sendiri
Puasa dan matiraga membantu kita membersihkan hati dan Budi dari ketidaklayakan menghadap hadiratNYA. Puasa dan matiraga adalah tindakan meletakkan ketidaklayakan diri ini dan memohon supaya Roh Kudus memenuhi hati dan Budi, sehingga kita digerakkan untuk melakukan KehendakNYA.
Persembahan diri adalah menjadikan kita layak untuk dipersembahkan kepada Tuhan dan Tuhan bangga menerima diri kita. Bagaimana dengan kita? 

TANDA
Tanda (bandingkan Lukas 11)
Kira-kira tanda apa yg kita pinta kepada Tuhan dalam hidup kita ini? Lalu jika tanda tsb diberikan oleh Tuhan apakah bisa membuat kita tidak sombong dan menjadi pribadi yg baik dan beriman?
Ratusan bahkan ribuan tanda dari NYA ada dalam diri kita. Namun sering kita abaikan.
Misal: pada saat honeymoon, pasangan adalah anugerah dari Allah. Namun pada saat terjadi beda pendapat, pasangan dikatakan sebagai sumber masalah. Jika diingatkan bahwa pasangan adalah anugerah dari Allah, tetap saja tak mempan. Bahkan ada yg memutuskan untuk berpisah.
Tanda tidak akan berbicara apa-apa sebab kekerasan hati orang. Kekerasan hati membuat orang buta, tuli dan tiada kemampuan merasakan tanda dari NYA.
Matiraga dan puasa adalah pengendalian diri tuk melembutkan hati dan membuat hati menjadi peka terhadap tanda-tanda jaman.
Matiraga memampukan orang tuk menyimak, memperhatikan dan empati terhadap rencana Tuhan.
Bagaimana dgn matiraga dan puasa kita. Apakah baru tahap mengolah "raga" saja? (Ibn Fajar MSF)